Pembaharuan.com, KUDUS – Siapa yang tidak kenal Barongan. Hampir seluruh masyarakat Jawa mengenal kesenian yang satu ini. Kesenian rakyat Pantura yang pada kemunculannya digunakan sebagai sarana untuk ruwatan tersebut, saat ini semakin terpinggirkan.
Kelompok Kesenian Barongan Djiwo Budoyo Desa Dersalam, Bae, Kudus saat ambil bagian dalam peringatan Hari Kemerdekaan RI. (Foto : Rere )
Kesenian
yang disajikan dengan kostum layaknya singa dengan diiringi tetabuhan atau
gamelan sederhana, sesekali hanya muncul pada saat sedekah bumi. Namun di masa pandemi
sekarang ini, kesenian yang berlatar belakang cerita Panji tersebut nyaris tak
terdengar keberadaannya.
Kondisi
tersebut dikeluhkan Hendi Novariansyah, salah seorang seniman Barongan yang
tergabung dalam Kelompok Barongan Djiwo Budoyo di Desa Dersalam RT 03/02, Bae,
Kudus.
“Sekarang
ini keberadaan kesenian Barongan terkesan semakin dilupakan masyarakat. Apalagi
masa pandemi saat ini Barongan semakin jarang terlihat.,” tuturnya, Minggu
(29/8/2021)
Saat
ini, imbuhnya, masyarakat lebih suka hal-hal modern dibandingkan kesenian tradisional.
Akibatnya, kesenian tradisional terabaikan dan terpinggirkan.
Pemuda
berusia 21 tahun yang menggeluti kesenian Barongan sejak bangku sekolah dasar
hingga sekarang ini mengungkapkan, jika pada masa pandemi kesenian Barongan semakin
sepi job.
Biasannya
setiap bulan kelompoknya, yaitu Djiwo Budoyo selalu mengisi acara satu atau dua
kali, namun berbeda dengan masa sekarang.
“Masa
pandemi seperti ini benar-benar sepi job. Hanya ramai pas Agustusan aja” ujar Hendi.
Hendi
berharap agar pandemi cepat berlalu sehingga kesenian Barongan dapat kembali
naik ketenarannya.
Ia
juga berharap agar generasi sekarang
mau mempelajari atau menyukai kesenian tradisional.
“Keinginan
dan harapan saya ya anak zaman sekarang tahu serta mempelajari kesenian
tradisional, tidak hanya bermain hp saja,” tukas Hendi. (Rere/van)