Iklan

Iklan

Warga Pati Sulap Sampah Jadi Kerajinan Bernilai Ekonomi

Kamis, 23 September 2021, 15.39.00 WIB Last Updated 2021-09-23T08:39:15Z

 

Evi Sri Suprihati menunjukkan sejumlah kerajinan tangan buatannya.

Pembaharuan.com, PATI - Bekas bungkus Kopi, Minyak goreng, Koran maupun sampah apapun, jika sudah terkena sihir tangan Evi Sri Suprihati akan berbeda hasilnya. Benda-benda itu tidak akan lagi sebagai sampah, melainkan punya daya jual kembali, bahkan sampai melenggang ke pasar manca negara.

 

Begitulah kegiatan perempuan yang sering dipanggil Evi itu. Perempuan asli Desa Panggung Royong, kecamatan Wedari Jaksa telah memulai pengolahan limbah  rumah tangga  sejak 2012 lalu. Sudah beragam produk yang ia hasilkan, mulai dari kotak pensil hingga tas bergaya untuk para ibu-ibu.

 

Ia mengaku motivasinya membuat sejumlah produk dari bahan-bahan sampah itu terdorong atas keprihatinannya terhadap sampah yang ada di sekitar lingkungannya. Baginya banyak orang tidak sadar sampah-sampah yang mereka buang dapat diolah kembali dan menambah uang jajan dan meringankan uang belanja.

 

"Agar sampah tidak selamanya sampah, lumayan kan kalau untuk nambah uang jajan," kata Evi ketika diwawancarai, Kamis (23/9/2021).

 

Dalam produksinya sendiri, Evi mengerjakan sendiri kerajinan yang dibuatnya ini, ternyata dapat mengumpulkan banyak sekali sampah. Ia memisalkan, dalam satu produk seperti kontak pensil sendiri ia dapat mendaur ulang sebanyak 151 pices plastik. Atau saat membuat tas dari bungkus minyak goreng ia bisa mengurangi 10 hingga 20 bungkus minyak.

 

Meski begitu Evi masih merasa kesulitan mengajak orang-orang di sekitarnya untuk ikut andil. Bahkan dirinya sempat melakukan pelatihan bersama BLK untuk mengolah sampah tapi belum banyak orang disekitar rumahnya  melirik kegiatan yang ia geluti itu.

 

"Harapannya bisa mengurangi pencemaran, dan ingin masyarakat melek lingkungan dan pilah-pilah sampah buat diolah kembali,” tambahnya.

 

Selain itu, Evi juga mengalami kendala lain saat di tengah pandemi seperti ini. Dirinya mengaku penjualan produknya menurun drastis. Hal ini memang tidak bisa dipungkiri  karena beberapa orang juga lebih fokus pada kebutuhan pokok mereka.

 

"Pandemi ini berkurang. Selain selera juga, untuk saat ini mereka kan  lebih fokus di kebutuhan primer, sedangkan kerajinan kayak gini kan kebutuhan sekunder.  Tapi harapannya sih dari dinas ngadain pameran atau apa lagi gitu,” tambahnya.

 

Tapi yang jelas, produk yang dihasilkan oleh  Evi telah melalang buana. Mulai dari penjualan di dalam kota, Semarang  hingga yang terjauh sampai ke New Zealand. Meski ia menyadari promosi yang ia lakukan selama ini hanya lewat teman ke teman. "Kalau terjauh di New Zealand, dibawa teman ke sana,” pungkasnya.(din/mel)

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Warga Pati Sulap Sampah Jadi Kerajinan Bernilai Ekonomi

Terkini

Topik Populer

Iklan